Hari Minggu (20/12/2020), saya ada acara di Babat. Rencananya setelah itu akan, dilanjutkan ke Madiun. Semua persiapan telah dilakukan, mulai dari kendaraan, konsumsi dan budgetnya. Bahkan selimut dan bantal tidak lupa.
Acara di Babat berjalan dengan lancar. Tentu saja saya senang, sebab acara berjalan sukses sesuai dengan rencana. Saya pun pamit untuk berangkat melanjutkan perjalanan ke Madiun.
Perjalanan ini saya lakukan bersama keluarga. Suami sebagai driver dan anak laki-laki saya sebagai passanger di belakang, dan saya sebagai navigator. Biasalah sebagai navigator, saya kebagian memberi arahan bagi sang sopir. Mulai jalan berlubang, bisa nyalip kendaraan di depan atau ngobrolngalor-ngidul agar sopir tidak ngantuk.
Kami berencana ke Madiun lewat Ploso dan diteruskan lewal jalan tol Ploso-Madiun Bagi untuk lebih cepatnya. Tepat di Ploso sebelum masuk pintu tol, tiba-tiba terdengar bunyi "dush..." lalu mobil berjalan agak oleng. Untung suami saya tidak ngebut. Lalu kami pun berhenti. Ternyata ban depan mobil kempis.
Kami langsung panik, sebab sepanjang jalan tidak terlihat bengkel mobil buka. Padahal apabila hari biasa, sepanjang jalan Ploso-Jombang banyak bengkel mobil buka dan juga tukang tambal ban. Tidaklah heran apabila demikian sebab jalan ini merupakan jalan yang 24 jam ramai dilalui kendaraan dari dan ke Jombang - Lamongan.
Ban meletus di siang hari dengan matahari yang bersinar dengan teriknya, merupakan hal yang luar biasa. Saya harus berpikir keras apa yang harus dilakukan. Ternyata kurang lebih 200 meter dari mobil saya berhenti, ada tambal ban tubless. Akhirnya aku berjalan kaki menuju kesana, namun sayang tukang tambal tersebut tidak memiliki persediaan ban baru. Aku lalu kembali ke mobil. Alhamdulillah, ada seorang sopir yang berbaik hati dan berhenti untuk membantu kami mengganti ban serepnya. Setelah selesai, dia memberitahu alternatif toko yang menjual ban di Jombang, tapi hari Minggu banyak yang tutup.
Setelah berembug dengan suami dan anak, kami memutuskan untuk pulang ke Lamongan. Kami tidak mau beresiko dengan kondisi ban yang demikian. Setelah keputusan diambil, maka kami siap-siap untuk kembali pulang.
Kami pun memutuskan untuk mengambil jalur alternatif dari jalur kami berangkat. Jalan yang kami pilih adalah lewat Ploso, Jombang-Kemlagi, Mojokerto. Jalur ini akan membawa kami kembali ke Lamongan lewat Mantup.
Jalur Ploso,Jombang-Kemlagi, Mojokerto ini merupakan jalan cor yang melewati desa yang asri. Kanan kiri jalan memiliki pemandangan yang indah memanjakan mata. Udaranya pun bersih. Keren abis. Tapi sebelumnya kami memastikan jalan yang kami ramah "ban mobil" atau tidak. Hal ini perlu kami tanyakan agar tahu medan yang akan kami lalui. Selain itu, akibat hujan yang mengguyur beberapa hari yang lalu, membuat jalan menjadi rusak. Jalan berlobang dan kondisi jalan yang bergelombang tentu membuat perjalanan tidak menyenangkan. Setelah memastikan bahwa jalan oke, kami pun melanjutkan perjalanan.
Namun, jalan yang "oke" belum menjamin perjalanan lancar. Apa yang saya alami hari Minggu kemarin mengajarkan saya beberapa hal, antara lain:
Sudah Takdir
Apa yang saya alami, tentu tak terlepas dari takdir. Semua pasti ada hikmahnya. Saya yakin bahwa Allah SWT kuasa setiap makhluknya. Ketika musibah ini terjadi, memang sedih karena tidak dapat ke Madiun untuk bersilaturahmi dengan keuarga besar saya. Namun, hikmah yang saya rasakan, saya dapat beristirahat. Setelah sebelumnya kecapekan karena habis ada keperluan di luar kota dan menguras stamina tubuh.
Kalau Sudah Begitu, Enjoy Saja
Hal yang sudah terjadi tak perlu untuk disesali. Hal mengecewakan biasa terjadi diantara rasa gembira yang kita rasakan. Maka dari itu, janganlah terlalu bahagia atas berkat yang kita terima. Dan janganlah meratapi atas kemalangan yang kita dapat. Semua hal itu bergantian datang silih berganti. Itulah yang memperkaya hidup kita agar lebih bermakna.
Kebahagian kita lewati dengan tawa, kemalangan kita jalani dengan sabar. Santai, nikmati saja prosesnya.
Malu Bertanya, Sesat di Desa
Kami menguatkan tekad untuk meneruskan berkendara tanpa tahu arah. Yang kami yakin jalannya akan lurus. Namun ternyata ketika berjalan, kami harus memilih jalan mana yang harus kami lewati di depan. Anak laki-laki saya menggunakan google map untuk menanyakan arah. Dan dijawab oleh google dengan memberikan peta. Ada saat dimana google map memberikan arah yang tidak jelas. Akhirnya, untuk memastikan jalan, kami bertanya pada penduduk desa yang kami temui. Kami diberi arahan menuju Kemlagi.
Dari sini, saya mengambil pelajaran, rajinlah bertanya agar tidak tersesat. Orang-orang di sepanjang jalan ini sungguh baik hati. Mau menunjukkan arah kepada orang asing yang tersesat. Gunakan google map dan kombinasikan dengan bertanya secara manual.
Cek Kendaraan Secara Berkala
Siapkan Rencana Cadangan
Di setiap perjalanan yang akan dilakukan, maka siapkan rencana yang matang. Mulai dari masalah biaya, konsumsi, kelayakan kendaraan dan harus siap mental apabila perjalanan tidak sesuai dengan harapan. Rencana cadangan ini akan membantu kita untuk mengurangi resiko kerugian yang kita tanggung. Pepatah "Sedia Payung Sebelum Hujan" mengajarkan kita untuk bersiap-siap atas situasi apa pun
Kemalangan yang kita alami adalah satu cara Allah SWT untuk menguatkan. Kita justru belajar dan menjadi pribadi yang kuat dari kemalangan, air mata dan derita. Yang pasti jalani dengan ikhlas, santai dan nikmati saja prosesnya.
0 Comments