Awal
Oktober 2021, tepatnya tanggal 4 Oktober, aku kehilangan seseorang yang berarti
dalam hidup. Aku kehilangan suami, partner hidup dan kerjaku selama ini. Rasa
sedih, kehilangan dan tidak percaya berkecamuk menjadi satu. Aku berduka dan
bersedih. Banyak hal telah kami lalui bersama. Kenangan demi kenangan telah
terangkum dalam ingatan. Tawa dan tangis kami bagi bersama. Suka dan duka kami
rasakan berdua. Ketika aku kehilangannya, aku merasa separuh hatiku kosong.
Aku
larut dalam kesedihan dan menangis
karena mengenangnya. Beberapa hari setelah kepergiannya, aku merasa mellow. Seakan tidak ada keceriaan lagi,
masa depan seakan muram. Dan itu terjadi beberapa waktu.
Hingga aku mendengar seorang sahabat memberikan pencerahan. It’s Okey, Take Your Time to Grief. Berduka itu penting. Itu bukanlah hal yang salah dan tabu. Menangislah apabila memang hal itu dapat mengekspresikan rasa duka yang mendalam. Take your time, baby. It’s okey. Menangis adalah cara untuk melepaskan rasa duka. Rasa sedih yang tidak sepenuhnya dilepas akan memberikan efek negatif terhadap tubuh. Beban kesedihan yang menumpuk karena tidak dilepas akan berpengaruh kepada psikis manusia.